Mungkin kalian semua sudah banyak
menemukan atau membaca artikel sejenis, khususnya berita yang berhubungan soal
idola – idola (baca : Selebritis) di tanah air atau bahkan diluar negeri sana
yang terjerat skandal, kasus narkoba, juga lain sebagainya. Jelas mereka adalah
public figure yang mempunyai pengaruh dimata khalayak umum, yang secara
disadari atau tidak segala bentuk kelakar mereka akan langsung menjadi konsumsi
orang banyak.
Namun
apakah hal yang dikonsumsi oleh masyarakat tersebut merupakan hal yang baik
untuk di pertontonkan? Apakah hal tersebut membawa manfaat bagi kita semua?.
Saya rasa hanya sebagian kecil stasiun televisi di Indonesia ini yang
menayangkan sebuah hal yang bermanfaat, saya tidak menyebutnya sama sekali tak
ada yang bermanfaat, tapi jika ada pun itu hanya bagian kecil dari prosentase
penayangan yang ada, sisanya? Anda bisa menilai sendiri, but use your heart and
brain when you watched it! Bukannya nafsu yang kalian kedepankan.
Oke
saya tidak akan membahas soal betapa buruknya kualitas penyiaran yang ada di
Indonesia ini, saya hanya akan mencoba berbagi apa yang ada didalam fikiran
saya soal para publik figur yang setiap hari menghiasi layar kaca. Pernahkah
teman – teman melihat seorang publik figur yang amat di elu – elukan
penggemarnya?? Pastinya pernah, namun pastinya kalian juga pernah melihat
seorang publik figur yang diborgol dan harus mendekam di penjara karena kasus
kekerasan, narkoba, atau bahkan kasus skandal sex nya dengan publik figur
lainnya. Nah apakah pantas seseorang yang menjadi sorotan masyarakat umum
berbuat demikian? Saya tidak berbicara bahwa orang biasa (baca : bukan publik
figur) boleh saja melakukan kesalahan, saya lebih suka berbicara soal efek
domino yang ditimbulkan oleh masing – masing personal tersebut. Tentunya efek
yang ditimbulkan pun lebih besar jika hal tersebut dilakukan oleh seorang publik
figur yang mempunyai fanbase yang loyal dibanding jika hal ini dilakukan oleh
orang biasa.
Mungkin
anda sudah dapat menarik kesimpulan anda sendiri soal tulisan ini setelah anda
membaca bagian paragraph pertama sampai ketiga tadi, tapi ijinkan saya
menuliskan hasil pemikiran milik saya pribadi disini tanpa bermaksud untuk
menyamaratakan persepsi. Oke, pastinya anda sadar bahwa fans / penggemar dari para publik figur itu rela
melakukan apa saja demi melihat idolanya, bahkan melakukan hal – hal yang tidak
wajar, dan malah terkesan berlebihan. Jika boleh saya melabeli hal ini, maka
saya akan berkata bahwa ini adalah sebuah bentuk modernisasi berhala, sebuah
bentuk berhala dimasa lalu yang kini sudah bertransformasi menjadi seseorang
berlabel idola, Publik figur, artis atau apapun kalian menyebutnya, yang mana
mereka amat di elu – elukan penggemarnya, bahkan ini terkesan bahwa mereka
adalah TUHAN dimata para penggemarnya, ya sekali lagi produk media ini seperti
sebuah model Pemberhalaan Manusia Modern.
Apakah
ini akan berakhir hanya sampai pada pernyataan saya sebelumnya yang menyebutkan
bahwa mereka adalah model Pemberhalaan Manusia Modern?? sayangnya
permasalahannya tidak hanya berhenti sampai disitu, parahnya para Idola itu pun
dengan bodohnya bangga akan label yang mereka miliki, tanpa kita atau bahkan
mereka (baca : para idola/artis itu sendiri) sadari, mereka adalah merupakan
salah satu bentuk mesin cetak uang bagi para korporat (baca : media) dalam
meraup keuntungan. Sebagai salah satu contoh adalah sebuah program acara
beberapa stasiun TV yang mencetak para Idola/Artis secara Instan, yang
merupakan sebuah ajang untuk mengeruk keuntungan para korporat itu sendiri.
Dengan begitu mereka dapat secara bebas mendoktrin para penggemar artis
tersebut dengan budaya hidup konsumerisme, bebas, dan lain sebagainya melalui
para Idola/artis tersebut ( sayangnya Ini tidak hanya terjadi pada beberapa artis
senior, bahkan lebih sering terjadi kepada para artis karbitan saya fikir). Para
penggemar mereka yang “Fanatik” pasti rela merogoh isi dompet mereka dalam –
dalam hanya untuk membayar sesuatu yang sebetulnya tidak mempunyai arti sama
sekali bagi diri mereka, apalagi bagi si Artis/Idola tersebut. Kenapa si
Artis/Idola tak menganggapnya sebagai sesuatu yang berarti? Saya berani
bertaruh bahwa yang sebetulnya mereka pedulikan hanyalah diri mereka sendiri,
mereka akan selalu mencari cara bagaimana mereka dapat bertahan dalam industry,
dapat bersaing dengan para pesaing mereka, bahkan bagaimana cara mereka untuk
dapat menarik perhatian para korporat tadi untuk dapat memakai jasa mereka
sebagai public figure itu sendiri, juga bahkan para Artis / Idola itu sendiri,
iya seharusnya mereka sadar bahwa mereka adalah seorang public figure yang di
sorot bahkan menjadi kiblat banyak orang, jadi kenapa tidak mereka mencontohkan
sesuatu hal yang positif dan menarik untuk di ikuti bukannya malah meracuni
para penggemarnya dengan hal – hal yang tidak berarti. Wake up you Idol, or you
must fall as false idol! Sadarlah!dengan begitu hidup mereka (si artis)
terselamatkan, tak peduli apapun caranya.
Ini
adalah merupakan suatu masalah bagi para orang tua, karena secara langsung
beberapa orang tua pun pasti dirugikan oleh budaya hidup konsumerisme ini, anak
– anak, saudara, teman, atau bahkan pasangan mereka mereka (baca : para penggemar)
seolah tidak berfikir bahwa sebetulnya mereka secara sadar telah terhipnotis
oleh oase yang disuguhkan oleh para korporat kapitalis tersebut melalui Artis,
Idola, Publik figure yang memang hanyalah sebuah alat mereka untuk memperkaya
diri. Permasalahan ini tak akan semudah ketika kita membalikan telapak tangan atau
dibanding dengan menegakkan menara miring pisa di ROMA (lebay deh ah lagian kok
dihubungkan dengan menegakkan menara miring pisa? Emangnya mudah?? :D | ya ini
justru semudah kita untuk berhenti berfikir konyol untuk menegakkan menara
itu.haha) untuk diatasi, ini jauh lebih
rumit, mungkin salah satu yang dapat berperan untuk menghentikan kekonyolan ini
(pemberhalaan juga konsumerisme) adalah dimulai dari dalam lingkungan keluarga
itu sendiri.