Jumat, 01 Februari 2013

False Idol (Must) Fall


                  Mungkin kalian semua sudah banyak menemukan atau membaca artikel sejenis, khususnya berita yang berhubungan soal idola – idola (baca : Selebritis) di tanah air atau bahkan diluar negeri sana yang terjerat skandal, kasus narkoba, juga lain sebagainya. Jelas mereka adalah public figure yang mempunyai pengaruh dimata khalayak umum, yang secara disadari atau tidak segala bentuk kelakar mereka akan langsung menjadi konsumsi orang banyak.
                Namun apakah hal yang dikonsumsi oleh masyarakat tersebut merupakan hal yang baik untuk di pertontonkan? Apakah hal tersebut membawa manfaat bagi kita semua?. Saya rasa hanya sebagian kecil stasiun televisi di Indonesia ini yang menayangkan sebuah hal yang bermanfaat, saya tidak menyebutnya sama sekali tak ada yang bermanfaat, tapi jika ada pun itu hanya bagian kecil dari prosentase penayangan yang ada, sisanya? Anda bisa menilai sendiri, but use your heart and brain when you watched it! Bukannya nafsu yang kalian kedepankan.
                Oke saya tidak akan membahas soal betapa buruknya kualitas penyiaran yang ada di Indonesia ini, saya hanya akan mencoba berbagi apa yang ada didalam fikiran saya soal para publik figur yang setiap hari menghiasi layar kaca. Pernahkah teman – teman melihat seorang publik figur yang amat di elu – elukan penggemarnya?? Pastinya pernah, namun pastinya kalian juga pernah melihat seorang publik figur yang diborgol dan harus mendekam di penjara karena kasus kekerasan, narkoba, atau bahkan kasus skandal sex nya dengan publik figur lainnya. Nah apakah pantas seseorang yang menjadi sorotan masyarakat umum berbuat demikian? Saya tidak berbicara bahwa orang biasa (baca : bukan publik figur) boleh saja melakukan kesalahan, saya lebih suka berbicara soal efek domino yang ditimbulkan oleh masing – masing personal tersebut. Tentunya efek yang ditimbulkan pun lebih besar jika hal tersebut dilakukan oleh seorang publik figur yang mempunyai fanbase yang loyal dibanding jika hal ini dilakukan oleh orang biasa.
                Mungkin anda sudah dapat menarik kesimpulan anda sendiri soal tulisan ini setelah anda membaca bagian paragraph pertama sampai ketiga tadi, tapi ijinkan saya menuliskan hasil pemikiran milik saya pribadi disini tanpa bermaksud untuk menyamaratakan persepsi. Oke, pastinya anda sadar bahwa fans  / penggemar dari para publik figur itu rela melakukan apa saja demi melihat idolanya, bahkan melakukan hal – hal yang tidak wajar, dan malah terkesan berlebihan. Jika boleh saya melabeli hal ini, maka saya akan berkata bahwa ini adalah sebuah bentuk modernisasi berhala, sebuah bentuk berhala dimasa lalu yang kini sudah bertransformasi menjadi seseorang berlabel idola, Publik figur, artis atau apapun kalian menyebutnya, yang mana mereka amat di elu – elukan penggemarnya, bahkan ini terkesan bahwa mereka adalah TUHAN dimata para penggemarnya, ya sekali lagi produk media ini seperti sebuah model Pemberhalaan Manusia Modern.
                Apakah ini akan berakhir hanya sampai pada pernyataan saya sebelumnya yang menyebutkan bahwa mereka adalah model Pemberhalaan Manusia Modern?? sayangnya permasalahannya tidak hanya berhenti sampai disitu, parahnya para Idola itu pun dengan bodohnya bangga akan label yang mereka miliki, tanpa kita atau bahkan mereka (baca : para idola/artis itu sendiri) sadari, mereka adalah merupakan salah satu bentuk mesin cetak uang bagi para korporat (baca : media) dalam meraup keuntungan. Sebagai salah satu contoh adalah sebuah program acara beberapa stasiun TV yang mencetak para Idola/Artis secara Instan, yang merupakan sebuah ajang untuk mengeruk keuntungan para korporat itu sendiri. Dengan begitu mereka dapat secara bebas mendoktrin para penggemar artis tersebut dengan budaya hidup konsumerisme, bebas, dan lain sebagainya melalui para Idola/artis tersebut ( sayangnya Ini tidak hanya terjadi pada beberapa artis senior, bahkan lebih sering terjadi kepada para artis karbitan saya fikir). Para penggemar mereka yang “Fanatik” pasti rela merogoh isi dompet mereka dalam – dalam hanya untuk membayar sesuatu yang sebetulnya tidak mempunyai arti sama sekali bagi diri mereka, apalagi bagi si Artis/Idola tersebut. Kenapa si Artis/Idola tak menganggapnya sebagai sesuatu yang berarti? Saya berani bertaruh bahwa yang sebetulnya mereka pedulikan hanyalah diri mereka sendiri, mereka akan selalu mencari cara bagaimana mereka dapat bertahan dalam industry, dapat bersaing dengan para pesaing mereka, bahkan bagaimana cara mereka untuk dapat menarik perhatian para korporat tadi untuk dapat memakai jasa mereka sebagai public figure itu sendiri, juga bahkan para Artis / Idola itu sendiri, iya seharusnya mereka sadar bahwa mereka adalah seorang public figure yang di sorot bahkan menjadi kiblat banyak orang, jadi kenapa tidak mereka mencontohkan sesuatu hal yang positif dan menarik untuk di ikuti bukannya malah meracuni para penggemarnya dengan hal – hal yang tidak berarti. Wake up you Idol, or you must fall as false idol! Sadarlah!dengan begitu hidup mereka (si artis) terselamatkan, tak peduli apapun caranya.
                Ini adalah merupakan suatu masalah bagi para orang tua, karena secara langsung beberapa orang tua pun pasti dirugikan oleh budaya hidup konsumerisme ini, anak – anak, saudara, teman, atau bahkan pasangan mereka mereka (baca : para penggemar) seolah tidak berfikir bahwa sebetulnya mereka secara sadar telah terhipnotis oleh oase yang disuguhkan oleh para korporat kapitalis tersebut melalui Artis, Idola, Publik figure yang memang hanyalah sebuah alat mereka untuk memperkaya diri. Permasalahan ini tak akan semudah ketika kita membalikan telapak tangan atau dibanding dengan menegakkan menara miring pisa di ROMA (lebay deh ah lagian kok dihubungkan dengan menegakkan menara miring pisa? Emangnya mudah?? :D | ya ini justru semudah kita untuk berhenti berfikir konyol untuk menegakkan menara itu.haha)  untuk diatasi, ini jauh lebih rumit, mungkin salah satu yang dapat berperan untuk menghentikan kekonyolan ini (pemberhalaan juga konsumerisme) adalah dimulai dari dalam lingkungan keluarga itu sendiri.