Kamis, 30 Januari 2014

Berseteru dengan Mustahil



Pernahkah anda berada dalam situasi dimana anda diharuskan melakukan sesuatu yang secara kasat mata kelihatannya tidak mungkin dapat dilakukan?? atau pastinya anda mendengar cerita soal perang Thermophylae yang biasa kita kenal dengan perang Sparta dimana 300 orang tentara yang berasal Sparta (salah satu daerah di Yunani) dapat melawan sekitar 170.000 pasukan dari Persia. Sepertinya jika kita menggunakan akal yang menurut kita sehat, cerita soal perang Thermophylae tadi memang hanya sebuah isapan jempol belaka, bagaimana mungkin seorang pemimpin Spartan yang bernama Leonidas melawan ratusan ribu pasukan Persia hanya dengan membawa 300 orang pasukan saja dengan segala strategi yang dimilikinya, tetapi menurut sejarah hal tersebut memang benar adanya.  
Dikisahkan menurut beberapa sumber bahwa saat itu pasukan Persia yang dipimpin oleh Xerxes mendarat di Thermophylae dan berhasil memukul mundur pertahanan tentara Yunani yang ada disana, lalu di hari berikutnya mereka berhadapan dengan tentara Sparta yang dipimpin oleh Leonidas, dengan strategi yang dimiliki olehnya, tentara Sparta menghadang pasukan Persia disebuah celah seperti bukit, sehingga diharapkan mereka tetap bertemu dengan jumlah musuh yang sepadan. Dua hari pertama peperangan, pasukan Sparta sukses mengalahkan beberapa ribu pasukan Persia, namun sayangnya karena ulah seorang pengkhianat, akhirnya pada hari ke 3 perang tersebut pasukan Sparta yang gagah berani itu kalah, pengkhianat tersebut memberitahukan kepada prajurit Persia bahwa ada celah lain dimana mereka dapat menyerang pasukan Sparta dari belakang. Kekalahan prajurit Sparta yang Heroik itu patut diberi acungan jempol, karena mereka telah berhasil melawan ketidak mungkinan, melawan sesuatu yang mungkin dianggap mustahil bagi kebanyakan orang.
Berdasarkan dari kisah diatas, maka ijinkan saya menarik satu kesimpulan yang dapat kita ambil yaitu “Leonidas yang gagah berani tersebut telah berhasil berseteru dengan sesuatu yang biasa kita sebut Mustahil”. Bagi kebanyakan orang didunia ini, mungkin ada rasa “segan” atau bahkan “enggan” untuk melakukan sesuatu yang secara tampak kasat mata tidak mungkin dapat kita lakukan atau kita capai. Mungkin bagi sebagian lainnya, mereka beranggapan bahwa lebih baik tidak melakukan apa-apa atau diam menunggu keputusan nasib akan hal yang kelihatannya sedikit sulit untuk dilakukan daripada menenggelamkan diri mereka untuk hal tersebut. Tetapi bagi orang-orang yang berhasil mencetak sejarah dunia atau sederhananya orang sukses diluar sana berdasarkan pengamatan saya, mereka adalah orang-orang yang berusaha menggulirkan sesuatu agar hal yang sepintas terlihat mustahil atau tidak mungkin dilakukan menjadi hal yang mungkin untuk dilakukan.
Tidak ada hal yang begitu menyesalkan seumur hidup dibanding ketika kita enggan berusaha untuk menggulirkan kemungkinan-kemungkinan terkait dengan tujuan hidup kita, tak ada hal yang lebih bodoh dibanding kita harus bertekuk lutut terhadap keadaan yang mungkin agak sedikit menyulitkan kita, kenapa disini saya selalu mengatakan agak sulit, sedikit sulit atau hal semacamnya?? Karena saya yakin dan percaya bahwa tak ada hal didunia ini yang benar-benar sulit atau mustahil ketika kita mau berusaha lebih dan merayu TUHAN (baca: berdoa) agar IA mau untuk menggulirkan ke-tidak-mungkinanan tersebut menjadi sesuatu yang mungkin.
Kebanyakan dari kita selama ini terlalu akrab dengan “Mustahil”, padahal ia bukanlah apa-apa ketika usaha diri ini didorong oleh keyakinan-keyakinan yang tak tergoyahkan oleh apapun. Kadang kita, atau bahkan saya sendiri masih membiarkan “Mustahil” itu memutuskan suatu pembenaran akan hal yang tidak mungkin dilakukan, padahal jika kita telah memahami diri kita sendiri, maka tidak akan ada satu celah pun untuk pemikiran-pemikiran negatif itu masuk. Mahatma Gandhi pernah berkata bahwa “Seseorang adalah buah dari pikirannya sendiri, Dia akan menjadi seperti apa yang dipikirkannya” tetapi sayangnya tak sedikit dari kita yang kadang membatasi diri kita dengan hal-hal yang rasanya tidak penting bagi diri kita, seperti rasa pesimis yang terkadang datang dan menguasai diri kita diawal pertempuran. “Kita adalah diri kita yang saat ini didominasi oleh pemikiran-pemikiran yang dengan sengaja kita letakkan di benak kita”, jika merunut dari kalimat Napoleon Hill tersebut sesungguhnya tidaklah sulit untuk mendapatkan pemahaman akan siapa diri kita dan apa potensi yang kita miliki. Maka bukanlah tindakan yang salah ketika kita harus merasa Optimis dan Yakin kita dapat mengalahkan apapun ketika kita dihadapkan kepada ke-tidak-mungkinan yang sebenarnya hanya ada dalam benak kita sendiri,  karena pada dasarnya kemampuan pikiran (akal) seorang manusia itu tidak terbatas, kecuali manusia itu sendiri yang membatasinya, dan ke-tidak-mungkinan atau Mustahil itu hanyalah sebuah ilusi yang sebenarnya adalah bentukan kita sendiri,.
Mulai saat ini mari kita bersama-sama berjanji untuk memulai “perseteruan” dengan Mustahil, jangan biarkan Ia menguasai diri kita dengan hal-hal negatif yang malah akan menghentikan kita dalam berusaha, baiknya tanamkan keyakinan yang benar-benar pada diri kita bahwa setiap ujian yang datangnya dari TUHAN itu datang bersamaan dengan jawaban atas ujian tersebut, tak ada ruang hidup yang tak memiliki jalan keluar, bahkan sepengap apapun lubang didalam tanah, pasti ada celah kecil yang memungkinkan cahaya untuk masuk kedalamnya. Tetaplah berfikir positif! We Got That Attitude, We Got That #PMA!!!
-@TalkPMA-